Minggu, Maret 07, 2010

Tiang Pancang Seliweran di Pinggir Danau

Dalam rangka penataan Danau Tondano, Pemerintah Kabupaten (pemkab) Minahasa melalui edaran Bupati Minahasa, mengimbau agar warga pesisir tidak sembarangan memasang tiang pancang di pesisir danau. Ini menyusul menjamurnya tiang pancang yang terbuat dari bambu, dihampir seantero pinggiran Danau Tondano.
Edaran yang dilayangkan kepada pemerintah kecamatan dan desa yang berada di pesisir danau tersebut, intinya melarang pemasangan tiang pancang tanpa izin dari pemerintah. Sebab tiang pancang ternyata dapat memicu pendangkalan sehingga debit air danau menjadi berkurang. Tujuan lain agar pemerintah dapat mengontrol pembuatan jaring apung yang menggunakan tiang pancang.
Meski begitu, pemasangan tiang pancang oleh warga akan tetap diizinkan pemerintah melalui Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Minahasa. Asalkan, kawasan pesisir danau yang hendak dijadikan tempat usaha warga atau jaring apung, dianggap layak sesuai kajian dari instansi terkait. Sementara dari pantauan harian ini, kondisi pesisir masih dijubeli sejumlah tiang pancang. Baik yang baru dipasang, maupun yang sudah usang.(dav)

Hanya Ada di Danau Tondano, Terancam Populasi Eceng Gondok

Payangka. Masyarakat Minahasa khususnya yang ada di pesisir Danau Tondano mungkin tak asing lagi mendengar nama ikan ini. Kecil, enak dan cocok dimasak dengan berbagai ragam menu. Tapi tahukah kita bahwa perjalanan panjang ikan payangka tersebut semakin terancam buntut memadatnya populasi eceng gondok.
DIGORENG lesat, dimasak dengan menu woku blanga nikmat. Itulah keistimewaan ikan payangka. Ikan berukuran tidak terlalu besar (lebih kecil dari ukuran mujair, red), sebenarnya bisa dijadikan ikon Minahasa. Pasalnya, ikan payangka hanya terdapat di Danau Tondano. “Cuma di Danau Tondano ada payangka,” tukas Kadis Perikanan Ir Dolvi Wowiling.
Sayang, ikan yang bisa “dijual” menjadi salah satu magnet bagi para wisatawan domestik dan mancanegara untuk datang berkunjung di Danau Tondano, populasinya sudah sangat terancam, menyusul semakin padat dan cepatnya pertumbuhan eceng gondok.
Gulma air tawar ini memang banyak sekali efek negatif ketimbang positifnya. Dengan “kehebatannya” dalam memonopoli O2 (Oksigen) dalam air, jelas saja membuat ikan payangka dan beberapa jenis ikan lainnya kekurangan pasokan oksigen di dalam air. “Untung saja, payangka lebih banyak beraktifitas di dasar air. Kalau dia di atas, bisa-bisa dorang mati karena berebut oksigen dengan eceng gondok,” tukas Wowiling.
Saat ini, populasi ikan dengan nama ilmiah Ophiocara Aporos ini semakin berkurang. Jika tidak disiasati oleh Pemkab dan Masyarakat di sekitar Danau Tondano. Bukan tidak mungkin beberapa tahun kedepan, ikan langkah dan unik tersebut tinggal jadi kenangan. Selain karena “invasi” gulma eceng gondok tersebut, saat ini sudah ada payangka jenis baru yang dilepas pemerintah di danau.
Payangka jenis baru yang memiliki kulit hitam pekat tersebut lebih dominan di Danau Tondano sekarang. Pasalnya, dengan bentuk lebih sangar dan bisa tumbuh dalam ukuran lebih besar dari payangka Ophiocara Aporos, disebut-sebut memiliki sifat predator. Tak heran, sejumlah warga menjuluki payangka monster.

Anak ku Chrisna

Lilypie Kids Birthday tickers

Anak ku Christoffel

Lilypie - Personal pictureLilypie Kids Birthday tickers