Semalam Vernon McAlister bermimpi mengenai wanita yang ia cinta seumur hidupnya—isterinya, Sue. Dalam mimpinya, Sue tengah berada dalam ruangan berhiasan renda yang sangat cantik. Dan ia berdiri dekat jendela, bermandikan sinar matahari, sambil mengenkan gaun dan kerudung berenda. Menunggu untuk dinikahi sekali lagi… Usai mimpi tersebut, Vernon merasa damai, tahu apa yang akan ia lakukan berikutnya.
Ya, ia meminta kepada sejumlah perawat di RS Hospice, untuk membantunya bertahan hidup, hingga ia dapat merayakan ulangtahun pernikahan yang ke-72 bersama Sue.
Pada hari Minggu (13/6), beberapa hari sesudah ulangtahun pernikahan mereka, pasangan McAlister merayakakan persatuan mereka sebagai suami-isteri dengan memperbaharui sumpah pernikahan.
Tidak seperti pada saat menikah, kali ini mereka tidak merasa gelisah. Betapa tidak, Vermon nyaris berusia 93 tahun, sementara Sue 87 tahun—bersama-sama mereka telah membesarkan lima anak.
Dua tahun lalu, kedua pasangan ini bertahan dari penyakit kanker perut. Dan hingga kini mereka masih memiliki satu sama lain.
“Ia telah merawatku sepanjang hidupku,” kisah Sue kepada Independent Mail. “Ia telah mencintaiku, menghormati, dan menghargaiku, sejak kami masih muda. Oleh sebab itu, tak ada yang perlu dikhawatirkan saat kau melangkah bersama dengan orang yang kau cintai sepenuh hati.”
Dengan balutan gaun berwarna merah muda dan kerudung berwarna putih, pengantin perempuan itu menunggu mempelainya di ruang yang terpisah.
Hanya beberapa meter jauhnya, sang suami dari ruangannya berteriak-teriak, “Di mana pengantin saya?” serunya.
Tak berapa lama kemudian, mereka pun berkumpul dengan sahabat dan sanak keluarga di ruang makan di Rainey Hospice House.
Dan, meski Vernon masih berbaring di ranjang rumah sakit, matanya terbuka sewaktu melihat Sue. Saat mereka menikah, Vernon hampir berusia 21 tahun, sedangkan Sue 15 tahun.
“Ayahku berkata bahwa Sue akan menjadi istri yang baik,” kata Vernon. “Aku tidak dapat membayangkan betapa benarnya ayahku. Sue benar-benar istri yang baik. Ia adalah permata.”
Pasangan ini bertemu pertama kali di pertanian milik ayah Vernon.
Sue dan ibunya memetik kapas di pertanian tersebut, belakangan ibu Sue memintanya untuk menghampiri Vernon dan memulai percakapan.
“Aku ingat Vernon tersenyum padaku. Senyuman yang sangat indah,” kenang Sue. “Dan sampai sekarang pun tetap indah.”
Hampir tigapuluh tahun kemudian, Vernon pensiun dari pekerjaannya sebagai dosen ilmu pertanian di Clemson University, Amerika Serikat, dan memilih melayani sebagai relawan di gereja.
“Hidup kami tak selalu mudah,” jelas Sue. “Tapi jika Anda menempatkan Tuhan sebagai yang terutama, Anda dapat memikul beban Anda, demikian pula dengan pernikahan Anda.”
Dokter meyakini bahwa hidup Vernon tinggal menghitung hari. Ini karena, baru-baru Vernon mengalami patah tulang di bagian pinggul. Vernon pun telah berada di rumah sakit sejak tiga minggu lalu—di mana sang isteri tinggal di rumah perawatan yang letaknya tak jauh dari rumah sakit tersebut.
Namun, pada hari Minggu lalu mereka saling bersisian dan berpegangan tangan. Sue gemetar saat ia mencium suaminya; menangkupkan dagu sang suami dengan kedua tangannya, dan kemudian membelai rambutnya. Vernon menatapnya dengan tersenyum dan berlinang air mata.
Salah seorang teman, Bill French, yang juga memimpin upacara pembaharuan janji pernikahan, berkata, “Ketika Anda mengucapkan sumpah pernikahan bertahun-tahun lalu dan berkata, ‘Kita akan membagi segala kegembiraan, kesedihan, selama kita berjalan bersama-sama’… tidak ada seorang pun yang tahu seberapa panjang perjalanan tersebut,” kata French. “Anda telah memenuhi janji Anda, dan Tuhan pun tersenyum.”
http://www.glministry.com/wp-content/themes/beborn/images/hopsice_21.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar