Kamis, Oktober 22, 2009

Satu untuk Sebelas

NComputing membagi sumber daya komputer yang tak terpakai kepada pengguna lain. Masih lelet untuk game berat.
KANTONG pas-pasan tak menghalangi pemerintah Provinsi Western Cape, Afrika Selatan, menetapkan target tinggi: semua sekolah di wilayah itu sudah harus terhubung oleh jaringan komputer dan Internet pada 2012. Kerja besar ini bernama Proyek Khanza.
Western Cape memang bukan provinsi miskin. Namun ongkos Khanza luar biasa besar. Ada 1.570 sekolah, dengan lebih dari 1 juta murid, harus ”dikomputerisasi”. Direktur Proyek Khanza, Kobus van Wyk, menghitung setiap sekolah perlu minimal 40 komputer agar efektif. Yang juga bakal makan ongkos adalah operasi dan perawatan komputer.
Untunglah, Khanza bertemu NComputing. Kepada Khanza, perusahaan dari Redwood City, California, Amerika Serikat itu menawarkan komputer dengan harga cuma separuh komputer biasa. Ongkos listriknya lebih irit 82 persen.
Khanza langsung kepincut. Soalnya, solusi itu akan memangkas banyak biaya bahkan jika Khanza memanfaatkan komputer bekas. ”Perawatan komputer bekas mahal. Lagi pula, memberikan komputer seperti itu ke sekolah miskin yang kemampuan teknisinya pas-pasan hanya akan membawa kesulitan baru,” kata Kobus.
Bukan cuma Khanza yang memutuskan memakai NComputing. Di Amerika ada Valley Yellow Pages, perusahaan direktori telepon nomor lima negeri itu, yang punya masalah mirip Khanza. Valley punya lebih dari 500 tenaga pemasaran dan masing-masing harus rutin mengirim laporan ke bosnya.
Semula, untuk setiap dua karyawan disediakan satu komputer. ”Hasilnya, arus laporan mampat dan mereka frustrasi,” ujar Bill Wynne, supervisor teknik di Valley. Tapi memanjakan tenaga pemasaran dengan satu komputer per orang juga berlebihan. ”Dan pasti boros, karena tak setiap saat mereka ada di muka komputer,” Wynne menambahkan.
Pemakai NComputing di Jakarta juga sudah bertebaran. Beberapa kantor pialang saham di segitiga emas Kuningan, misalnya, memakai sistem ini untuk melayani kliennya. PT Carrefour Indonesia, PT Adira Dinamika Multifinance, PT Asuransi Cigna, dan beberapa sekolah di berbagai kota menggunakan teknologi ini. Total jenderal, pasar dalam negeri sudah menyerap sekitar 15 ribu NComputing.
Rahasia irit NComputing adalah dengan ”membagi” sumber daya sebuah komputer kepada banyak pemakai. Jadi, di sisi pemakai, yang ada hanya monitor, papan ketik alias keyboard, dan tetikus, minus unit pemroses data (lihat konfigurasi).
Pada NComputing seri X300, satu unit pemroses (CPU) bisa dipakai bertujuh. Seri X550, yang diluncurkan pada pertengahan November lalu, bahkan bisa membagi sumber dayanya untuk 11 orang. Jika ini kurang banyak, pakailah NComputing seri L, yang bisa dipakai rame-rame oleh 30 pengguna.
Kemampuan berbagi itu berkat teknologi virtualisasi. Teknologi ini sebenarnya sudah mulai dipakai pada 1960-an oleh IBM. Dimaksudkan agar satu komputer bisa menjalankan berbagai program sehingga mengirit biaya, IBM mempartisi komputer besarnya menjadi beberapa mesin virtual. Ini membuat IBM seolah-olah punya beberapa komputer dengan berbagai macam aplikasi yang beroperasi secara simultan.
Ketika harga komputer turun drastis pada 1980-an, teknologi virtualisasi turun pamor. Karena harga komputer sudah murah, perusahaan memilih menumpuk server dan komputer ketimbang menggunakan teknik berbagi seperti IBM. Namun, sejak awal 2000, ketika efisiensi kembali menjadi ”mantra” yang digembar-gemborkan di dunia teknologi informasi, teknik virtualisasi ngetop lagi.
Biasanya teknik virtualisasi ini—baik perangkat keras maupun lunak—lebih banyak dipakai di server. Biasanya, proses instalasinya juga rumit dan perlu kemampuan teknis lumayan. Tapi NComputing ini lain. ”Paling cuma perlu 10 menit buat meng-install semuanya,” kata Henkyanto Tjokroadhiguno, bos PT Megatronix Mitraniaga, penyalur NComputing di Indonesia, pekan lalu.
Menurut Henkyanto, prinsip NComputing adalah memanfaatkan kapasitas berlebih pada komputer. Misalnya, komputer dengan prosesor Intel Core 2 Duo, hard disk 500 gigabita, dan memori 4 gigabita, hanya dipakai untuk mengetik, presentasi, atau menjelajahi Internet. Untuk tugas enteng seperti itu, paling hanya 20 persen kemampuan komputer yang benar-benar dimanfaatkan. Sisanya menganggur. Mestinya, spesifikasi setinggi itu bisa dibagi ke sepuluh komputer lain.
Perangkat NComputing—software dan hardware—menyalurkan kapasitas yang menganggur itu ke beberapa terminal. Alat itu terdiri atas perangkat akses NComputing—ukurannya tak lebih besar daripada Nokia Communicator terbaru—yang terhubung dengan monitor, papan ketik, dan tetikus.
Tapi terminal ini, kendati tanpa prosesor, memori, ataupun hard disk, berfungsi layaknya komputer utuh. Dan setiap terminal bisa menjalankan aplikasi yang berbeda seolah-olah satu dengan yang lainnya independen. NComputing bisa bekerja dengan sistem operasi Microsoft Windows XP ataupun Linux.
Selain hemat tempat karena tak perlu lagi pemroses data, cara ini pasti lebih irit biaya. NComputing X550 harganya US$ 460, atau Rp 5,52 juta. Satu set X550 ini terdiri atas peranti lunak VPro, kartu PCI, dan lima terminal. Berarti, setiap terminal hanya US$ 92 atau sekitar Rp 1,1 juta. Bandingkan jika harus membeli lima CPU. Kalau melongok ke toko komputer Internet Bhinneka, CPU dengan spesifikasi prosesor Intel Pentium Dual Core, memori 512 megabita, hard disk 80 gigabita, DVD-ROM, papan ketik, dan tetikus, harganya US$ 275 atau Rp 3,3 juta. Ini tiga kali harga satu terminal X550.
Konsumsi listrik NComputing jauh lebih kecil. Terminal X550 hanya butuh listrik 1 watt. Bandingkan dengan rata-rata komputer yang paling tidak perlu 100 watt. ”Kalau mau tambah kapasitas, biayanya juga lebih murah karena yang perlu di-upgrade cuma satu komputer, yakni host-nya saja,” ujar Manajer Penjualan Megatronix, Ronny Rochilie. Jika hendak menambah software baru, cukup meng-install di komputer host.
Janji serba irit NComputing lumayan manjur menarik peminat. Dalam dua tahun, perangkat virtualisasi ini sudah laku lebih dari 1 juta unit di seluruh dunia. Salah satu pembeli utama NComputing adalah sektor pendidikan. Sebagian kalangan menilai NComputing ini bakal menjadi pesaing serius bagi proyek One Laptop Per Child yang digagas Nicholas Negroponte. Bukan berarti NComputing bisa mulus menjalankan semua jenis aplikasi.
Jika berharap membuat jaringan sinema dengan layar lebar plus suara menggelegar, bersiaplah sedikit kecewa. Tatkala Tempo mencoba menjalankan video secara simultan, gambar yang dihasilkan belum semulus pada komputer utuh. Henkyanto mengatakan, jaringan NComputing memang lebih pas untuk aplikasi kantor atau pendidikan seperti Proyek Khanza.
Bagi yang ingin menggunakan jaringan NComputing sebagai game station—misalnya untuk Ragnarok atau permainan grafis kelas berat seperti World of Warcraft—berhentilah bermimpi. ”Game tiga dimensi itu sudah pasti tidak bisa jalan. Kalau cuma game pendidikan sih masih bisa,” kata Ronny.

Sapto Pradityo
KOMPUTER HOST
Rekomendasi spesifikasi :
  • Untuk 1-3 pengguna, minimal prosesor 2,4 GHz dengan minimal memori 1 gigabita
  • Untuk 4-7 pengguna, minimal prosesor 3 GHz dengan minimal memori 2 gigabita
  • Untuk 8-11 pengguna, minimal prosesor 3 GHz dengan minimal memori 3 gigabita
 sumber: TEMPO edisi 40/XXXVII 24 November 2008 (Teknologi Informasi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anak ku Chrisna

Lilypie Kids Birthday tickers

Anak ku Christoffel

Lilypie - Personal pictureLilypie Kids Birthday tickers